Senin, 19 Oktober 2009

Tas ku udah Baru....

Pada hari Jumat tanggal 9 Oktober 2009 aku membeli tas Grand Polo. Tas yang kubeli ini lumayan gedelah. Pada Sabtu sore tas ini ku gunakan secara perdana untuk bepergian. Pada Sabtu dan Minggu tas ini ku gunakan dengan cukup nyaman. Tapi hari-hari berikutnya ketika aku menggunakan tas ini punggungku terasa sakit. Menurut temanku mungkin aku kurang tidur atau salah tidurlah. Namun setelah usut punya usut penyebabnya adalah tas yang baru ku beli ini.


Tas yang baru ku beli ini talinya kurang nyaman. Tali tas ini teralu kasar dan inilah yang menyebabkan rasa sakit pada pungungku. Usahapun aku lakukan untuk membuat tas ini menjadi nyaman digunakan. Aku pun coba untuk mencari solusinya, mulai dari menambah busa tas ku ini dan mengganti talinya. Saran-saran begitu banyak telah diberikan oleh teman-temanku/sanak saudara dan yang lainnya. Satu saran dari temanku ku coba dan tidak mendapatkan hasil.


Aku pun udah punya solusi yakni ganti tali tas ku yang baru dengan tas ku yang lama. Hari Jumat tanggal 16 Oktober, pulang kantor aku coba untuk menukar dengan tas yang lain ditempat dimana aku mebeli tas ini. Jakarta baru saja dilanda oleh gempa, hal ini mengakibatkan perjalanan pulang kantor cukup lama. Sebenarnya setiap hari Jumat tuh Jakarta cukup macet dan ditambah peristiwa gempa makin parahlah macet Ibu kota negara ini.

Setiba di Kosan aku pun berdiskusi dengan teman kos ku yang ada, kami biasanya memanggilnya akang. Hal ini karena dia adalah orang Sunda(berasal dari Banjar). Sambil diskusi aku mulai memotong tali tas ku yang lama agar bisa digunakan untuk tas ku yang baru ini. Tapi si Akang bilang tali tas yang lama dengan tas yang baru tidaklah seimbang. Jadi lebih baik Dedi tukar saja, mungkin masih bisa.

Akupun pergi ketempat dimana aku membeli tas ini. Aku temu dengan mbak yang menjual tas. Aku berkata mbak aku mau tukar tas ku ini, bisakah ditukar? Mbak tersebut masih binggung diantar boleh atau tidak. Lalu dia bertanya kepada suaminya. Suaminya pun segara datang menghampiri saya kenapa ditukar dek, saya pun menjawab tas ini membuat punggung saya sakit bang. Lalu suaminya pun meminta istrinya mencarikan tas yang sesuai harganya dengan tasku ini. Abang itu bilang ini ada tas Navy model baru, adek harus tambah 10rb ya, akupun menawar tapi tawaranku tidak diterima. Ya udalah dari pada mengunakan tas yang sakit ini lebih baik aku beli yang baru dan hanya tambah 10rb.

Aku pun bersyukur karena tasku ini bisa digantikan dengan yang baru, kalau tidak bisa repot dan sakit aku dibikin tas Grand Polo ini. Usut punya usut pedagang tas ini ternyata adalah orang Batak. Saya sudah tahu ketika mendengar suaranya dan penampilannya. Abang itupun sepertinya tahu kalau aku ini berasal dari Sumut sana. Mungkin gara-gara satu daerah kali ya bisa mudah.(tapi semuanya adalah karena Pertolongan dari TUHAN yang memberi kemudahan bagiku).


Tas ku yang baru(Navy) diambil dan diberikan oleh penjul tas ini. Sebentar aku bertanya kepada abang ini, asalnya dari mana bang? Jawab abang ini, "aku dari Padang Sidempuan dek." Kamu dari Siantar ya dek? Bukan bang aku dari Belawan bang, yang dari Siantar itu orangtua saya bang. Kami pun bercerita sejenak sebelum aku balik ke kosan.
Dedi : Bang udah lama di Jakarta?
Abang : Udah lama dek, aku di Jakarta dari tahun 1999, kalau adek?
Dedi : Aku baru 5 tahun bang, aku ke Jakarta tahun 2004. Kalau di tempat ini udah berapa
lama bang?
Abang : Baru 2 tahun dek. Kamu kerja dimana dek?
Dedi : Aku kerja di Gatot Subroto bang, sebagai PNS.
Abang : Wah lumayan bagus ya.
Dedi : Ya begitulah bang tapi pengen bekarya di kampung awak dan teman2 juga banyak
yang mau berkarya di kampung.
Abang : Di Jakarta aj dek, disini lebih baik dalam persaingan.
Dedi : Ya juga sih bang. Di sini bisa sekolah dan udah lumayan nyaman juga di Jakarta ini.
Oh ya bang istrinya orang sini ya?
Abang : Ya dek, orang Betawi, ya udah jodoh dek.
Dedi : Ndak ambil boru tulang bang?
Abang : Ya udah jodoh dek, memang ada baiknya kita ambil boru tulang dek. Orangtua saya juga dulu menyarankan untuk mengambil boru tulang. Kalau bisa salah satu dari anak mamak kita bisa marboru ni tulang. Karena kalau ga ada kita mabil boru tulang bisa jauh kekerabatan itu dengan tulang kita. Kalian ada berapa laki-laki dek?

Dedi : Ada 2 orang bang.
Abang : Kalau bisa salah satu kalian marboru tulanglah dek.
Dedi : ooo gitu ya bang, makasih.
Abang : Agar terjaga kekerabatan kita tuh ama tulang.
Dedi : oklah bang jika Jodoh,heee.


Aku pun pulang dan ketika aku berjalan menuju kosan aku berpikir, hari gini marboru tulang masih juga dipertahankan, mantap juga abang itu. Walau udah marboru Betawi tapi prinsip marboru ni tulangnya ndak hilang,heehe. Semoga budaya Batak yang baik ini dapat dipertahankan. Kepada teman-teman saya halak batak coba lah kita renungkan pesan bang Harahap ini.


NB : Tulang ( Paman)
Harahap adalah salah satu marga di Batak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar