Jumat, 26 Maret 2010

Ibadah: Ibadah Pendalaman Alkitab Surabaya, 22 Maret 2010 (Sore)

Pembicara: Pdt. Dadang
Di tengah dosa dunia yang makin memuncak, maka kita harus hidup dalam terang sampai mencapai puncaknya terang dalam bentuk mempelai wanita yang disalut dengan terang.
Kita belum jadi terang dunia, tapi kita harus belajar untuk menjadi terang.

Proses menjadi pelita yang bercahaya (Keluaran 25: 31), yaitu ditempa. Hidup kita harus rela untuk ditempa.

Kita bisa ditempa dengan:
Yeremia 23: 29= ditempa dengan palu.
Palu= firman pengajaran yang benar.
Jadi, kalau kita ingin ditempa, maka kita harus mau menerima Firman pengajaran yang keras.

Kita ditempa dengan Firman pengajaran yang benar saat Firman menunjuk salah-salah kita, menegor kesalahan kita dan menasihati kita.

2 Timotius 4: 2
Saat kita kena firman, saat itulah kita sedang ditempa untuk bisa terbentuk menjadi pelita emas.
Saat-saat penempaan ini harus dilakukan dengan kesabaran dan pengajaran. Bukan dengan emosi atau keinginan daging. Sehingga kerohanian sidang jemaat bisa terbangun.

Kisah Rasul 20: 20-21, 31-32
Yakobus 1: 19-21
Kita harus siap sedia, baik atau tidak baik waktunya untuk menerima firman yang keras. Praktiknya adalah menerima Firman dengan lemah lembut sampai bisa praktik Firman (taat dengar-dengaran pada firman).

Firman yang kita praktikan yang berasal dari hati lemah lembut akan menghasilkan hikmat dalam kehidupan kita.

Yakobus 3: 13, 17
ay. 17= hikmat yang kita dapatkan:
murni = tidak campur-campur.
pendamai = tidak suka bertengkar, tidak menyimpan kesalahan.
peramah
penurut
penuh belas kasih = saling memperhatikan.
tidak memihak (adil)
tidak munafik = lahir dan batin sama.

Angka 7 ini menunjuk pada 7 pelita yang menyala pada kaki dian emas.
Kalau 7 hal ini tidak ada, maka hidup itu akan gelap.

Yeremia 23: 29= ditempa dengan api. Itulah api ujian. Api ujian adalah sengsara yang Tuhan ijinkan kita alami, tapi bukan karena dosa. Dan ini bukan untuk menghancurkan kita, tapi untuk mempercepat proses pembentukan kaki dian emas.

Jangan heran, kalau kita melayani Tuhan, tapi mengalami sengsara. Itu justru karena Tuhan sayang pada kita dan ingin mempercepat proses pembentukan kaki dian emas.
Contoh kehidupan yang mengalami sengsara adalah Ayub.

Ayub 1: 1-3
Secara jasmani, Ayub adalah orang yang berhasil, yang diberkati oleh Tuhan. Secara rohani, Ayub adalah orang yang takut akan Tuhan.
Tapi, Ayub masih diijinkan harus mengalami ujian habis-habisan. Mengapa? Supaya dagingnya tidak bersuara dan Ayub bisa duduk di atas debu dan abu, sampai bisa mengaku bahwa dirinya tidak ada arti apa-apa (merendahkan diri serendah-rendahnya), mengaku hanya tanah liat di hadapan Tuhan.

Ayub 42: 5-6
Mata bisa memandang Tuhan= bisa menyembah Tuhan sampai bisa mempercayakan diri sepenuh kepada Tuhan.

Kalau dalam ujian, kita bisa merendahkan diri serendah-rendahnya, hasilnya adalah kita mengalami kuasa penciptaan yang dari Tuhan. Ayub mengalami kuasa penciptaan Tuhan dan ia dipulihkan segalanya.

Yesaya 64: 8
Dengan merendahkan diri, kita menjadi tanah liat yang hidup dalam Tangan Tuhan.

Kuasa penciptaan Tuhan berguna untuk:
memulihkan apa yang sudah hancur.
Yeremia 18: 3-4= menjadikan apa yang tidak baik menjadi baik menurut pemandangan Tuhan.
Mungkin hidup kita sudah tidak ada masa depan, tapi kalau kita mau merendahkan diri, maka Tuhan mampu menjadikan masa depan kita jadi baik.
menciptakan kita kembali menjadi ciptaan semula. Jadi sama mulia dengan Tuhan. Jadi terang dunia.
Contoh lainnya adalah Maria (keluarga Betania).
Keluarga ini adalah keluarga yang mengasihi dan dikasihi Tuhan. Tapi masih diijinkan mengalami ujian sampai Lazarus mati 4 hari.

Yohanes 11: 3-6
Tuhan tidak langsung menolong Lazarus, supaya kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Saat ujian, yang harus dijaga adalah:
Yohanes 11: 31 = jangan meratap (= jangan bersungut-sungut dan jangan larut dalam kesedihan yang mendalam apalagi sampai meninggalkan Tuhan).
Yohanes 11: 39= jangan tidak percaya kepada Tuhan/jangan keras hati.
Keras hati= mempertahankan dosa dan tidak dengar-dengaran pada Tuhan.
Yang benar saat kita mengalami ujian, yaitu:
ay. 32= tersungkur di depan kaki Tuhan (menyembah Tuhan dan mempercayakan diri sepenuh pada Tuhan serta sabar menunggu waktunya Tuhan).
ay. 39-40= percaya dan taat dengar-dengaran apapun resikonya. Ditolong atau tidak ditolong, tetap percaya dan taat pada Tuhan.
Kalau kita benar saat dalam ujian, hasilnya adalah mengalami kuasa kemuliaan yang berguna:
untuk menghidupkan sesuatu yang sudah mati.
untuk memuliakan kita saat Yesus datang kembali. Kita menjadi mempelai wanita Tuhan yang disalut dengan terang. Tidak ada kegelapan sedikitpun. Dan kita masuk dalam kerajaan Surga yang kekal.
Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar